Saturday 24 September 2022

Sosial Budaya Dikjut Divisi Rafting Angkatan XXIII

       Desa penungkulan secara administratif berada di Kecamatan Gebang, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia. Kondisi tanah perbukitan dan persawahan dengan mata pencaharian sebagai petani, peternak, pedagang, wiraswasta. Desa Penungkulan masuk ke wilayah Kelurahan Ngulosobo, di sini rata-rata penduduk adalah 200/ RT. Desa penungkulan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Sendang Sari, di sisi sebelah timur ada Desa Sidoleren, bagian selatan berbatasan dengan Desa Kedung Poh, dan disisi sebelah utara berbatasan dengan Guntur.

       Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di Penungkulan ini bermacam-macam, ada yang menjadi petani, guru, penjual hasil kebun, tetapi karena rata-rata disini adalah petani biasanya hasil dari sawah itu tidak sampai dijual ke orang lain, hanya cukup untuk kebutuhan rumah saja. Hal ini dikarenakan luas lahan yang mereka miliki hanya sedikit. Rata-rata pendidikan warga di Desa Penungkulan ini juga sudah seperti pada umumnya bersekolah sampai jenjang SLTA/sederajat bahkan ada yang ke perguruan tinggi. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan di Desa Penungkulan yaitu ada bidan, polindes, dan puskesmas. Puskesmas ini berjarak dari Desa Penungkulan kurang lebih 1 km. Di penungkulan ini rata-rata masyarakatnya menganut Agama Islam. Sedangkan untuk adat istiadat dan kesenian sendiri di Desa Penungkulan ini bisa kita jumpai kesenian kuda lumping dan ada group rebana atau hadroh.



 

 

 

 

 

 

        Tempuran Mas wilayah yang berada di dataran rendah, yang berada di Pedukuhan Tlepo dan sebelahnya adalah Pedukuhan Krandegan, Desa Kali Semo, Kecamatan Loano. Wilayah Tempuran Mas di sisi sebelah timur berbatasan dengan Desa Krandegan, batas di sebelah barat dengan Desa Jetis, di sisi sebelah selatan desa ini berbatasan dengan Trirejo, sedangkan sisi sebelah utara berbatasan dengan wilayah Maron. Rata-rata jumlah penduduk di sini kurang lebih ada sekitar 350 orang/RT.



       Di Tempuran Mas ini penduduknya rata-rata untuk memenuhi kebutuhan sehari adalah dengan menjadi buruh serabutan, seperti ada yang menjadi pencari batu, pencari buah kelapa, menjadi buruh bangunan dan masih banyak lagi. Hasil dari kebun biasanya di jual ke Pasar Crongoh. Di wilayah Tempuran Mas ini rata-rata masyarakatnya berpendidikan sudah umum seperti biasanya SLTA/sederajat bahkan sampai ke perguruan tinggi. Khususnya di dusun Tlepo sendiri terdapat perpustakaan dan TPQ yang dikelola pemuda pemudi karang taruna dan Ibu Etik selaku mantan kadus Tlepo. Kawasan Tempuran Mas untuk di bidang kesehatan juga punya puskesmas terdekat untuk fasilitas masyarakat, yaitu berada di Maron, Puskesmas Maron dengan jarak tempuh dari Tempuran Mas kurang lebih 1 km. Di Tempuran Mas ini juga rata-rata dalam hal kerohanian kebanyakan menganut Agama Islam, dengan satu masjid di wilayah ini yaitu Masjid Baiturahman.  Daerah ini memiliki makanan yang cukup unik, atau bisa kita bilang makanan khas yaitu tiwul atau thiwul adalah makanan pokok pengganti nasi beras yang dibuat dari ketela pohon atau singkong. 

 


       Sungai yang biasanya dibuat pengarungan di Tempuran Mas ini memiliki sejarah yang cukup unik, dimana zaman dahulu diwilayah sungai tersebut ditemukan emas yang cukup besar, emas ini yang kemudian dibawa ke museum jakarta. Kemudian pertemuan dua sungai yang menjadi satu, biasanya dinamakan tempuran. Di Tempuran Mas ini ada pertemuan dua sungai yaitu Sungai Kudil dan Sungai Bogowonto. Oleh karena itu wilayah ini diberi nama Tempuran Mas. Jika kalian berada di wilayah Tempuran Mas pasti akan melihat sebuah jembatan gantung yang menghubungan dua desa yaitu wilayah Tempuran Mas dengan Desa Krandegan. Jembatan ini dibangun pada tanggal 11 Mei 1995 yang dibagun oleh swadaya masyarakat. Dulu sebelum ada jembatan ini masyarakat ini untuk berlalu lalang kesana kemari menggunakan sampan yang terbuat dari bambu atau terkenal dengan sebutan gethek.

 



 

 

 

 

 

 

 

       Di Tempuran Mas ini masih memiliki adat dan kebiasaan yang masih dijaga seperti masih ada seperti larungan tetapi di sungai hal ini dilakukan pada saat bulan suro, hal ini bertujuan untuk seperti gambaran rasa syukur apa yang telah masyarakt dapat diambil seperti batu, dan masih diberi keselamatan dalam berkegiatan di sungai ini, karena satu minggu sekali dijadikan latihan pengarungan oleh FAJI. Yang bikin kami terkejut bahwa masyarakat sekitar sini masih ada yang percaya kepada selain Allah, disalah satu kuburan di Tempuran Mas terdapat pohon besar, pohon ini biasanya dijadikan tempat bertapa untuk meminta sesuatu. Jadi disini bisa dilihat bahwa kepercayaan diwilayah ini masih seperti zaman dahulu saat animisme.


 


Narasumber :

Bapak Slamet, Mbah Tinul, dan Bapak Hermanto

 



No comments:

Post a Comment