Kembali menceritakan pengalaman pemanjatan di tebing Samigaluh yang ke 2 kalinya. Yang sebelumnya sudah ditulis tahun lalu.
Kami dari team Mapasuri kembali menjajaki Tebing
Samigaluh yang sebelumnya sudah kami lakukan pada tahun 2016
lalu.
Kunjungan kita kali ini kita kembali mencoba jalur tebing yang belum
pernah kami coba. Ya, pada tahun lalu baru satu jalur yang kami coba,
karena tahun lalu terkendala hujan.
Perjalanan
kali ini berjumlah 8 personil yang seperti biasa berangkat dari rumah kita, yaitu basecamp Mapasuri tercinta. Jika tahun lalu kami
berangkat lewat Desa Pendem, Kaligesing, kali ini kita
berangkat melalui Banyuasin. Waktu tempuh tidak jauh berbeda seperti melalui
Kaligesing, yaitu sekitar satu jam perjalanan dengan kecepatan normal. Kami
berangkat hari Jumat tanggal 27 Januari 2017 lebih tepatnya malam sabtu ba’da
maghrib.
Rencana kami berangkat pukul 4 sore tapi terjebak hujan alhasil
malam sabtuan di jalan, deh. Mungkin yang baca postingan
ini heran kok berangkatnya malam-malam yaa? Emang mau langsung
ke tebing gitu? Eits, kami memang sudah
merencanakan mau ngecamp di rumah warga sekitar tebing, biar paginya kita bisa
langsung ke tebing dengan lebih cepat tanpa harus melakukan perjalanan selama satu
jam terlebih dahulu. Tapi rencana itu kami gagalkan, karena kami beralih menginap
di tempat senior, yaitu mas Mogan. Kebetulan rumah mertua mas Mogan juga di daerah
Samigaluh. Ya itung-itung ngirit biaya buat menginap di sekitar tebing.
Paginya pukul 08.00 kita langsung
pamit, lalu menuju ke tebing. Butuh perjalanan sekitar 15 menit dari rumah mas
Mogan yang berlokasi tidak jauh dari Pasar Plono, Purwoharjo- Samigaluh . Setelah
sampai lokasi kami sedikit heran karena sudah banyak kendaraan di parkiran
area tebing. Ternyata sudah ada pemanjat lain yang sedang melakukan kegiatan di
tebing. Karena sudah penasaran siapa dan dari mana langsung saja ke lokasi
tebing. Setelah sampai sana waaaaah.. ternyata ada
saudara kami dari Mapala Mentari yang sedang melakukan pendidikan
lanjutan di tebing tersebut. Setelah sapa menyapa dengan saudara-saudara
Mapala
Mentari, lalu kami bersiap-siap untuk melakukan pemanjatan. Kami mengambil
jalur yang tidak dipakai oleh Mentari. Kalau
tidak salah jalur nomor 2 atau 3 dari ujung jalan.
Alat–alat
dikeluarkan siap untuk dipakai, and i was
ready to climb. I was beeing the
first climb yang memasang runner sampai hanger ke 4. Setelah
itu perlu teknik dan juga kekuatan jari untuk mencapai
hanger selanjutnya. But i couldn’t do that. Selanjutnya disusul rekan-rekan
yang lain. Ternyata sama seperti saya juga, mereka berhenti sampai
runner keempat. Sampai anak Mentari pun
ikut mencoba jalur tersebut karena saking penasarannya.
Mencoba beberapa
kali sampai berganti-ganti climber, tetap
belum ada yang berhasil keluar dari zona runner ke 4. Seperti yang sudah
dikatakan tadi perlu teknik dan kekuatan jari untuk mencapai runner selanjutnya. Karena kondisi tebing
untuk pegangan berupa slap, yaitu
titik sulit jalur tersebut. Setelah melewati pegangan tersebut ada
pegangan yang mudah dipegang. Tapi ya seperti yang sudah saya katakan
belum ada satupun dari kami yang bisa melewati
titik sulit tersebut. Sampai tak terasa kelelahan menghampiri.
Ketika melihat jam ternyata sudah siang
menunjukkan pukul 13.00 lebih, mengingat sorenya akan
ada
rapat. Kami pun memutuskan untuk cleaning
jalur dengan cara climb down.
Walaupun belum sampai top, suatu hari
nanti kami akan kembali ke tebing Samigaluh lagi pastinya untuk menyelesaikan
jalur, perlu menguatkan otot lagi untuk menyelesaikan jalur yang belum tuntas
dan mencoba jalur lain yang belum pernah dicoba. Tapi belum tau kapan, karena
masih ada agenda-agenda selanjutnya yang sudah menanti untuk diselesaikan. Tunggu
saja cerita selanjutnya :) (Nailul Amani S.)
#Akun media sosial resmi MAPASURI
facebook : Mapasuri UM Purworejo
fans page : Mapasuri
twitter : @mapasuri
instagram: @mapalasuryarimba_
email : mapala_surya_rimba@yahoo.com
youtube : Mapala Surya Rimba
No comments:
Post a Comment