Pantai Siung berada di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta. Dari pusat Kota Yogyakarta, perlu menempuh jarak sekitar 77 km atau sekitar 3-4 jam perjalanan. Karena lokasinya cukup terpencil. Di Desa Purwodadi ini di bagi ada beberapa dusun seperti dusun Wuluh, Cepogo, Winangun, Duwet, Ngandong, Danggolo, Kotekan, Pringsanggar, Cakbohol. Sebagian besar wilayah di sini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang gersang dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau, namun memiliki sejarah yang unik, disamping potensi wisata, budaya dan kulinernya. Bagian paling timur wilayah ini berbatasan langsung dengan tempat wisata Pantai Muncar, Bukit Pengilon, Kecamatan Tepus, di sebalah barat berbatasan dengan Pantai Nglambor, sisi sebelah selatan daerah ini berbatasan langsung demangan Samudra Hindia, dan sisi sebelah utara pantai ini berbatasan dengan daerah Ngandong Purwodadi.
Mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup warga disini rata-rata menjadi petani, petani disini menanam padi, jagung, dan singkong. Tetapi bukan hanya itu dikarenakan potensi desa ini sangat besar untuk menjadi daerah pariwisata jadi tidak dipungkiri mereka ada yang berprofesi menjadi tukang foto, pedaganag, dan ada yang menjadi nelayan. Kebutuhan pokok mereka terpenuhi dengan adanya pedagang sayur keliling setiap pagi hari dan Pasar terdekat daerah sini yaitu Pasar Jepitu, Girisubo kurang lebih 5 km dari Pantai Siung. Pantai siung ini memiliki bayak manfaat atau berdampak besar bagi masyarakat di sekitar Pantai Siung ini. Dimana sejak tahun 2009 Pantai Siung ini dibuka masyarakat bisa berjualan untuk memperoleh penghasilan tambahan uang, bahkan diwilayah Pantai Siung ini bukan hanya pantai yang menjadi tempat pariwisata, tetapi disini juga terdapat tempat eduwisata, tebing panjat, dan goa. Hal ini menjadi menjadi peluang ekonomis karena di daerah Pantai Siung memiliki makanan khas daerah yaitu gaplek, tiwul, walang goreng, dan kepompong yang di dalam daun jati jika musimnya. Para pedagang disini juga menyediakan makanan instan sekaligus memperkenalkan makanan khas dan wilayah mereka ini. Warga di daerah Pantai Siung ini memiliki banyak kendala ekonomi seperti profesi petani di sini mereka memiliki masalah dengan hama monyet yang selalu memakan hasil panen mereka. Juga permasalahan air yang jarang sekali dimusim kemarau, yang mengakibatkan tanaman mereka mati kekeringan, dan juga ada hama seperti wereng, selain itu jika ombak pasang para nelayan tidak bisa menangkap ikan di laut.
Masyarakat daerah sini rata-rata untuk pendidikan sendiri sudah sampai tingkat SLTA/sederajat bahkan banyak yang melanjutkan pendidikan di ilmu pelayaran. Sekolah yang paling dekat untuk di jangkau yaitu TK IT Ibnu ‘Abbas Girisubo, SD Negeri Belik, SMP Muhammadiyah 2 Purwodadi, SMP Negeri 2 Girisubo, dan SMK Negeri 1 Girisubo. Agama Islam adalah sistem kepercayaan masyarakat sini. Di samping itu di Pantai Siung ini sarana dan prasarana kesehatan semenjak adanya Covid-19 jarang sekali posyandu, tetapi dari dinas kesehatan yang mengelilingi kampung. Masyarakat Dusun Tepus ini jika ingin berobat harus ke Puskesmas Tepus II, Purwodadi karena disana ada polindes terdekat, jarak dari sini sekitar kurang lebih 12 km.
Dibalik keindahan Pantai
Siung memiliki cerita yang menarik. Pantai ini memiliki batu besar dibagian
pantai sebelah kanan. Jika diamati batu ini berbentuk seperti siung atau gigi,
maka dari itu pantai ini diberi nama pantai siung pada zaman dahulu konon
katanya pantai siung ini dibuat topo (semedi) oleh Pak Soekarno pada zaman
penjajahan. Masyarakat disini juga ada sebagian yang tahu sejarah tentang Pak Soekarno
ini. Beliau sebelum meninggalkan pertapaannya di pantai ini, dia meningalkan
harta kekayaanya, harta ini dikubur di sebelah bagian paling barat/bagian bawah
tebing. Konon katanya harta ini memang ada tetapi hanya orang-orang tertentu
yang dapat melihatnya. Di tengah-tengah pantai juga terdapat dua batu yang
saling berdekatan. Batu ini oleh masyarakat sekitar dengan nama batu manten,
batu ini memiliki sejarah sendiri, yaitu pada suatu saat ada seorang pengantin
baru yang berkunjung ke pantai siung ini dan mereka bermain di pantai
(berenang), tetapi setelah itu mereka tidak kembali lagi ke daratan, kemudian
munculah batu tersebut, maka dari itu batu tersebut terkenal dengan sebutan
batu manten oleh mayarakat.
Dusun Duwet, Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul, daerah yang masih kental dengan budaya jawa. Jika berkunjung ke sini dan beruntung akan melihat pertunjukan atau bisa disebut acara desa yaitu tayuban, acara ini dilkukan selama satu tahun sekali, acara ini berlangsung selama dua hari nonstop. Serangkaian acara yang dilakukan yaitu seperti wayangan, kethoprak, arak-arak. Kemudian di sini masih ada kegiatan larungan, tetapi tidak semua warga di sini hanya beberapa orang saja. Semua kegiatan ini menurut mereka adalah penggambaran rasa syukur mereka kepada alam dan Allah swt. Di dusun tepus ini juga masih banyak kesenian seperti lengger, wayang, campursari, dan dagelan
Narasumber : Bapak Pagianto,
Ibu Sukarmi, dan
Bapak Supoyo
No comments:
Post a Comment