Saturday, 26 December 2020

Cerita Perjalanan : Latihan Navigasi, Sar, dan PPGD di Gunung Sumbing. (part 2)

    jreng..jreng.. balik lagi ni bareng aku di cerita perjalanan

    Setelah sebelumnya menunggu beberapa hari lalu, akhirnya aku balik lagi ni buat lanjutin ceritaku saat kagiatan di gunung sumbing. Di part dua ini aku akan bercerita mulai dari proses pemberangkatan kita sampai kegiatan di gunung sumbing. Penasaran dengan ceritanya?. simak langsung 

Jumat 4 Desember 2020

    Keesokan harinya aku bangun dari tidurku yang sebenarnya aku merasa tidak begitu nyenyak sama sekali dalam tidur semalam. Ya,, dikarenakan aku mempersiapkan kebutuhan alat-alat untuk kegiatan, aku tidur sekitar pukul setengah dua belas malam untuk mempersiapkan alat demi kelancaran kegiatan di hari esok. karena malamnya aku tidur terlalu larut alhasil bangunpun jadi kesiangan, aku bangun pukul setengah sembilan siang. Walaupun aku bangun sudah kesiangan, aku rasa kurang lengkap dong kalo bangun tidur belum ngopii, akhirnya aku putuskan untuk meminun secangkir kopi panas terlebih dahulu sambil ngobrol-ngobrol santay hhe. Gara-gara aku terlalu menikmati kopi dan terlarut didalam obrolan yang begitu asik, tanpa sadar waktu sudah menunjukan setengah dua belas siang dan suara adzan dari masjid-masjid pun mulai bersautan, aku lantas langsung mandi dan bergegas menuju masjid untuk menunaikan sholat jum'at. 

    Selepas sholat jumat selesai, aku dan teman-teman berkumpul di rumah salah seorang senior, di sana kita melakukan final checking atau pengecekan alat untuk terakhir kalinya sebelum kita berangkat menuju basecamp sumbing, hal ini kita lakukan untuk meminimalisir peralatan agar tidak ada yang tertinggal, penting ni buat temen-temen yang akan mengadakan pendakian agar selalu mengecak barang bawaan. Setelah pemeriksaan barang dan setelah semua tertata dengan baik di dalam carrier, kemudian kita bersiap menuju kampus plaosan untuk mengadakan apel dan pelepasan sebelum pemberangkatan dimulai. Setelah semua bersiap di kampus plaosan, apelpun dimulai dan apel berjalan dengan lancar.

    Setelah apel selesai dilaksanakan, kami kemudian menata carrier dan barang bawaan lainnya di atas motor. Setelah semua siap dengan motornya masing-masing kemudian kami berangkat menuju basecamp sumbing, kami berangkat pukul 15.15 WIB dari kampus menuju basecamp. Saat di perjalanan kami sempat beberapa kali saling tertinggal satu sama lain, dan sesekali kami berhenti sejenak untuk menunggu teman yang tertinggal dari rombogan. Saat sudah sampai di daerah butuh, tiba tiba hujan turun tanpa diduga-duga, kamipun memilih untuk menepi di teras rumah warga dan memakai mantol, ketika kami sudah selesai memakai mantol dan bersiap akan melanjutka perjalanan justru hujan menjadi reda. "ahh sudalah.. sudah kepalang tanggung," akhirnya kami tetap melanjutkan perjalanan ke basecamp dengan tetap memakai mantol. Satu jam lebih perjalanan tak terasa, karena di perjalanan kami sembari menikmati pemandangan perkebunan dan pemandangan khas pegunungan lainnya yang begitu indah. 

    Pukul 16.27 akhirnya kami sampi dibasecamp sumbing via kaliangkrik butuh. Setelah sampai kita istirahat sejenak dan merapihkan barang" bawaan di dalam basecamp, setelah beristirahat melepaskan lelah, teman-teman kamudian melakukan sosbud ke warga setempat,, dan tau aku ngapain..? jaga alat di basecamp:v hadehh.. Sembari aku menjaga alat, aku menceklis alat alat yang dibawa. Sore pukul kami 17.45 istirahat dan makan malam, pukul 19.02 kami lanjut review materi untuk kegiatan besok. 

    Disela sela review materi berlangsung kami mengurus registrasi terlebih dahulu dan juga mengelis semua lagistik yang kita bawa. Hal ini penting sobb,, cara ini dilakukan agar semua kemasan makanan yang dibawa naik oleh para pendaki dapat dibawa turun sejumlah yang mereka list dan mereka bawa saat mereka naik, terutama kemasan dan sampah plastik lo yha. Tapi tak jarang lo sob, pendaki yang terkena hukuman akibat mereka lalai dan meninggalkan sampahnya saat pendakian. Mereka yang melanggar aturan akan dikenai hukuman soob, mulai dari push up, denda uang, sampai mereka disuruh naik keatas lagi dan mengambil sampah yang mereka telah tinggalkan. Intinya sih hal ini dilakuin semata-mata agar temen-temen pendaki itu sadar, bahwa saat mendaki gunung kita juga harus menjaga kebersihan dan kelestarian alam, agar kita tidak semena-mena merusak dan mengotori alam dengan kita meninggalkan sampah saat melakukan pendakian. Setelah selesai melakukan registrasi, malam itu ditutup dengan breefing untuk kegiatan besok pagi, setelah itu kita istirahat dan tidur.

Sabtu 5 Desember 2020

    Pagi-pagi sekali aku dan teman-teman bangun pukul empat dini hari. Disaat teman-teman dari rombongan lain masih terlelap tidur kita harus sudah memulai aktifitas. Ya,, hari itu memang basecamp penuh dengan para pendaki yang akan naik dan mereka menginap terlebih dahulu di basecamp. Setelah bangun kami langsung membagi tugas, ada yang memasak untuk sarapan, ada yang ceklist alat, dan ada yang packing carrier. Kemudian kami semua melakukan TC untuk meregangkan otot sebelum memulai pendakian, setelah itu kami langsung sarapan dan beriap untuk berangkat mendaki. Pada pukul 06.10 kami melakukan resection di depan basecamp. Setelah melakukan resection dan menemukan titik koordinat, kami melanjutkan dengan memulai tracking menuju pos 1.

    Pukul 07.20 kami memulai perjalanan dari basecamp menuju pos 1. Kami berjalan dengan formasi baris satu-satu dengan aku beada di barisan paling depan, beru  saja berjalan beberapa menit dari basecamp dan gapura selamat jalan masih jelas terlihat salah satu teman kami meminta berhenti, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti dan beristirahat, "jalan.. berhenti.. jalan.. berhenti.." sepanjang perjalanan terus seperti itu, sesekali kami berhenti untuk istirahat dan minum atau mungkin untuk hanya sekedar menghela nafas. Di tengah tengah perjalanan dari basecamp menuju pos 1, teman kami ada yang tiba tiba berhenti dan muntah-muntah, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat kembali, kami memberi dia minuman hangat dan sedikit roti untuk menggajal perut. Setelah istirahat dirasa cukup dan terlihat temanku juga sudah terlihat pulih, kami melanjutkan perjalanan menuju pos satu yang tinggal sebentar lagi sampai.

    Setelah kami sampai di pos satu, kami langsung mengeluarkan peralatan navigasi dan memulai mengamati keadaan sekitar sebelum memulai recection, setelah peralatan semau siap kemudian kami melakukan ormed dan melakukan recection untuk mencari titik kotdinat tempat kita berada dan sekaligus sebagai titit awal kita berangkat untuk melakukan potong kompas. Setelah hampir satu jam  kita membidik kompas dan menghitung titik koordinat akhirnya kita menemukan titik kordinat tempat kami berada, setelah itu kami pun bisa bersiap siap untuk memulai potong kompas. Masalah timbul ketika jalur yang seharusnya kita lewati untuk potong kompas itu adalah lahan perkebunan warga, alhasil kami pun memutuskan untuk berjalan memutar dari jalur yang seharusnya. jika digambarkan kami berjalan memutar seperti halnya berjalan disisi lain garis miring sebuah segitiga siku-siku.


    Waktu menunjukan pukul sebelas lebih lima puluh tiga, akhirnya kita sampai di titik perputaran yang kita tuju, disini kami berhenti untuk istirahat juga sekaligus untuk sholat dan makan. Setelah istirrahat cukup lama, kami bersiap untuk melanjutkan aplikasi potong kompas, kami bersiap dengan tugas dan posisi masing. Dalam aplikasi potong kompas ini ada yang bertugas menjadi leader, shoter, pointer, rollman, logistik dan p3k masing masing dari tugas ini nantinya akan di roling secara bergantian. Kami mulai berjalan dari stasiun 0-1,1-2,2-3,... dan seterusnya, selama perjalanan kami sembari mengamati flora-flora dan fauna yang ada di sana banyak flora khas gunung yang kami jumpai mulai dari cemara gunung, pohon rasbery, dan lain lain. Floura disana juga cukup beragam mulai dari laba-laba, lebah sampai burung kerap kali kita jumpai di sepanjang perjalanan. Medan yang kami lalui hampir seluruhnya tanah berundak tapi tidak terlalu begitu curam. 

    Setelah cukup lama kita berjalan melakukan potong kompas dan setelah beberapa kali melakukan roling pergantian tugas, kami menjumpai lembah yg cukup dalam yang berada diantara stasiun 14-15. Demi keamanan kamipun memasang webbing yang kita kaitkan ke pohon cemara kemudian kami turun satu persatu menggunakan bantuan wabbing tersebut. Hal barusan tidak terlalu menjadi hambatan bagi kami, setelah melawati lembah tersebut kami langsung melanjutkan potong kompas kembali. kami melakukan potong kompas sampai stasiun 19, hanya berjarak beberapa ratus meter dari pos dua kami pun melanjutkan berjalan melalui jalur pendakian normal. 

    Setelah berjalan selama kurang lebih 35 menit kami pun sampai di pos dua. Keadaan di pos dua lumayan luas cukup untuk mendirikan empat sampai lima tenda dengan kondisi lahan yang memang  sengaja di buat datar untuk berkemah. sesampainya di pos dua kami istirahat sejenak, setelahnya kami langsung membagi tugas, dua orang mengambil air, tiga orang memasak dan sisanya mendirikan tenda sekaligus memasukan barang-barang bawaan kedalam tenda. Sayup-sayup suara adzan maghrib lirih terdengar, kami yang awalnya memasak diluar langsung bergegas memasukan alat alat masak kedalam tenda dan kemudian melanjutkan masak. Belum lama setelah kami selesai memasak hujan rintik-rintik mulai turun membasahi tanah dan pepohonan yang ada. Sembari menunggu hujan reda kami istirahat didalam tenda, mungkin karena badan sudah terlalu lelah sampai sampai kamipun tertidur. Pukul 17.50 hujan tak lagi turun dan mulai mereda, kami langsung menyantap makanan yang sebelumnya sudah kita masak, kemudian dilanjutkan review materi dan breafing. Pukul 21.30 breafing selesai kami pun istirahat dan tidur di tenda masing-masing. 

    Baru saja beberapa menit mata terpejam,terdengar suara gaduh diluar tenda. Alat-alat masak yang kami letakan diluar tenda secara tiba-tiba berbunyi, kami sudah panik mengira bahwa itu babi hutan karena kebetulan nugget yang kami bawa terletak di luar tenda. Setelah beberapa saat salah satu dari kami mengecek, ternyata itu bukan babi hutan, melainkan tikus yang mengais makanan sisa. Setelah itu karena kami merasa lelah kami memutuskan untuk melanjutkan tidur.

Wednesday, 16 December 2020

Mengenal Lebih Dekat dan Meneladani Kisah Hidup Seorang Aktifis Muda"Soe Hok Gie"


  Kekagumanku terhadap seorang sosok Soe Hok Gie berawal dari diriku yang tak sengaja menonton film biografinya yang berjudul GIE. Aku yang  kala itu masih duduk di bangku SMP langsung kagum melihat penggambaran tokoh di film yang saat itu juga diperankan aktor ternama Nicolas Saputra. Tak hanya mengagumi melalu filmnya, selang beberapa tahun saat aku beranjak ke bangku kuliah aku membeli sebuah buku yang berjudul Catatan Seorang Demonstran yang juga merupakan buku novel yang berisi kisah perjuangan Soe Hok Gie saat ia menjadi aktifis di usia muda hingga saat-saat terakhir sebelum ia menemui ajalnya di puncak gunung semeru. Itu hanya sedikit gambarang tentang kekagumanku terhadap Soe Hok Gie, tapi untuk lebih mengenal sosoknya aku akan membagikan kisah biografi singkat yang bisa teman-teman baca.

Biografi Soe Hok Gie

    Soe Hok Gie merupakan keturunan Tionghoa yang lahir pada 17 Desember  1942.  Ia adalah putra dari Soe Lie Pit atau dikenal dengan nama Salam Sutrawan seorang novelis, dan ibunya bernama Nio Hoe An. Dalam biografi Soe Hok Gie bahwa ia adalah anak keempat dari lima bersaudara, Soe Hok Gie merupakan adik dari Sie Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman.

Masa kecil Soe Hok Gie

    Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djie sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman baca di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seorang peneliti, sejak masih sekolah dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya yang serius, seperti karya Pramudya Ananta Toer. Mungkin juga karna ayahnya seorang penulis, sehingga tak heran jika ia begitu dekat dengan sastra. Sesudah lulus SD, kakak beradik itu memilih sekolah yang berbeda, Hok Djin (Arief Budiman) memilih masuk konisius, sementara soe hok gie memilih sekolah di sekoalh menengah pertama (SMP) strada di daerah Gambir.

Masa remaja Soe Hok Gie

    Konon ketika duduk di bangku ini, ia mendapatkan salinan cerpen Pramudya: "..Cerita dari Blora". Pada waktu kelas dua di sekolah menengah ini, prestasi Soe Hok Gie buruk. Bahkan ia diharuskan untuk mengulang. Tapi apa reaksi soe hok gie? ia tidak mau mengulang, ia merasa diperlakukan tak adil. Akhirnya, ia lebih memilih pindah sekolah daripada harus duduk di bangku sekolah. Sebuah sekolah kristen protestan mengizinkan ia masuk ke kelas tiga, tanpa mengulang. Selepas dari SMP, ia berhasil masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA) kanisius jurusan sastra. Sedanhgkan kakaknya, Hok Djin, juga masuk sekolah yang sama, tapi lain jurusan yaitu ilmu alam. Selama di SMA inilah minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus ia mulai tertarik pada ilmu sejarah. Selain itu, kesadara berpolitiknya mulai bangkit. Dari sinilah, awal pencatatan yang menarik itu, tulisan yang tajam dan penuh kritik.

Masa Kuliah di Universitas Indonesia

    Ada hal baik yang diukurnya selama ia menempuh pendidikan di SMA, Soe Hok Gie dan sang kaka berhasil lulus dengan nilai tinggi. Kemudian kaka beradik ini melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah, sedangkan Hok Djin mask ke fakultas psikologi. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktifis kemahasiswaan.

Kritis Terhadap Pemerintah

    Ketika kuliah di UI, ia banyak mengkritisi kebijakan Presiden Ir Soekarno. Selain itu ia juga banyak mengkritisi  mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) yang kala itu sangat berkembang di Indonesia. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengkritik tajam rezim orde baru. Hal ini terlihat dari tulisan-tulisannya mengenai pembantaian masal terhadap anggota dan simpatisan PKI pasca G30S/PKI pecah. Ia menuliskan artikel "Di sekitar pembunuhan besar-besaran di Pulai Bali" yang kemudian diterbitkan oleh mahasiswa Indonesia Jawa Barat pada bulan Desember 1967. 

Dalam pemikiran Soe Hok Gie, ia mengkritisi cara-cara pemerintah orde baru yang menindak anggota dan simpatisan PKI dengan cara-cara diluar kemanusiaan. Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstran tahun 66 mengkritik dan mengkutuk para pejabat pemerintah kemudian selepass mereka lulus mereka berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie merupakan bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Pendiri MAPALA UI yang Hobi Naik Gunung

    Soe Hok Gie diketahui merupakan salah satu tokoh pendiri UI. Salah satu agenda pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian Gunung Slamet 3.442mdpl, ia mengutip Walt Whitman dalam catatn hariannya "...Now I see secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth". Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran pikiran tentang kemanusiaan tentang hidup, cinta, dan juga kematian. Dalam biografi Soe Hok Gie diketahui bahwa pada tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan melanjutkan menjadi dosen di Almamaternya. Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukan gunug Semeru yang tingginya 3.676mdpl. 

    Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya: "...Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya dengan slogan. patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai Tanah Air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dengan dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. karena itulah kami naik gunung".

 Wafatnya Soe Hok Gie di Gunung Semeru

    Tanggal 8 Desember sebelum Soe Hok Gie berangkat sempat menulis catatannya : "...Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengan kematian Kian Fong dari Arief minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngibrol rumit sebelum ke semeru. Dengan Marai, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kiang Fong yang begitu aneh dan begitu cepat". Hok Gie meninggal di gunung Semeru pada tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahun yang ke-27. Penyebab kematian Soe Hok Gie akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. 


       Pada tanggal 24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahu 1975 Ali Sadikin membungkar pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebar di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di gunung Pangrango. 

    Berikut merupakan Sedikit kisah hidup dari Soe Hok Gie semoga dapat menginspirasi buat teman-teman pembaca. 

 

 

Sumber : Biografiku




Cerita Perjalanan : Latihan Navigasi,SAR, dan PPGD di Gunung Sumbing. (Part 1)

Haii sobat alam,, 

        Sebelumnya kenalin nih, namaku Mardhi aku seorang mahasiswa peternakan semester 3. Aku tergabung di dalam UKM Mapasuri, yang saat ini aku dan teman-temanku akan mengadakan kegiatan pendakian. Tapii, ini bukan pendakian biasa lhoo tentunya,, kali ini kita akan mengaplikasikan beberapa materi yang kita dapat di mapala. Kita akan mengaplikasikan materi Navigasi yaitu potong kompas, SAR (serch and rescue), dan juga PPGD (Penanganan Pertama Gawat Darurat). Sebelum aku lanjutin ceritanya pastiin kalian simak baik-baik yhaa, karna akan ada banyak hal menarik dan bermanfaat yang bisa kalian dapet di ceritaku ini.. stayy tune.. 

        Okeyy,, aku mulai ceritaku ini dari h-1 pemberangkatan yaa. Dikarenakan aku di dalam tim ini sebagai logistic, intinya yg ngurusin semua kebutuhan alat-alat yang bakal dibutuhin mulai dari tenda, alat masak, sampai alat-alat yang bakal kita gunain nanti saat aplikasi. H-1 sebelum kegiatan aku mengelist alat–alat yang dibutuhin saat besok pendakian. aku membagi menjadi dua macem nih, pertamma alat kelompok kedua alat pribadi. sesuai yg aku jelasin sebelumnya karena disini aku sebagi logistic aku mempersiapkan segala peralatan kelompok, nah buat alat-alat pribadi aku serahin deh ke temen-temen buat mencari kebutuhan alatnya masing-masing, “gampang kann hhe”.


        Oh iya,, dikarenakan alat alat yang kita miliki terbatas, jadi untuk kebutuhan beberapa alat kami meminjam dari senior dan juga dari organisasi pecinta alam lainnya. Untuk keperluan alat kelompok seperti alat masak, gas, peta, kompas dan alat lainnya gaada masalah ni, tapi untuk tenda kita aga kesulitan mencari pinjaman kesana kemari. Akhirnya saya meminjam tenda ke salah satu senior, ke sispala bimawa dan satu lagi kita pake punya kita sendiri mapasuri, 0o iyha btw kita emang bawa 3 tenda yha, satu untuk peserta cowo, satu untuk peserta cewe, dan satu lagi untuk instruktur. 

        Setelah kita dapet semua tenda, kita cek terlebih dahulu tenda yang akan kita bawa satu persatu, pertama kita cek tenda punya mapasuri, dan.. amann.. walaupun ada beberapa freme tenda yang awalnya patah tapi bisa kita akalin lahh hhe. kemudian kita cek tenda yg kita pinjam milik senior, kita buka, kita diriin tendanya dan.. aman juga, dua tenda udah kita cek dalam keadaan normal dan keadaan baik. tinggal tenda yang terakhir nih.. kemudian kita lanjut cek, kita buka tendanya, kita cek framenya, dan.. saat kita akan memasang dan memeriksa frame, ternyata salah satu frame tenda yang kita pinjam tidak ada, yang pada akhirnya tenda yg sudah kita buka dan kita bentangkan gagal kita dirikan. Aku mencoba menghubungi orang terkait yang kita pinjam tendanya bermaksud untuk konfirmasi, ternyata benar saja, tenda yg kita pinjam sudah lama tidak dipaikai dan tidak dicek kelengkapannya. 

        
        Akhirnya kita memutuskan tidak memakai tenda yang satu ini. Karena kita sudah mencari tenda untuk pengganti tenda tadi yang tidak jadi kita pakai dan tidak menemukan pinjaman lagi, pilihan kita berakhir pada tenda single layer yang pada awalnya justru tidak akan kita bawa, . Tapi karena keadaan yaa..sudahlah. Sekedar informasi ni temen-temen, tindakan kami menggunakan tenda single layer sangant tidak patut dicontoh yaa.. Kerena tenda single layer bisa dibilang kurang recomendasi seperti tenda double layer, tenda single layer kurang mampu menahan udara dingin dari luar, pakailah tenda double layer yang mampu menahan udara dari luar dengan baik, okeyyy.. 

       Sekian dulu cerita perjalananku kali ini, ini baru part 1 ya.. Masih ada cerita-cerita menarik dan seru di part 2, nanti kita lanjut di part dua yaa.. byee

Tuesday, 8 December 2020

CERITA PERJALANAN : PEMETAAN DAN EXPLORE GOA SIBODAK DAN GOA SEMAR


    Assalamualaikum,, sebelumnya perkenalkan namaku Dhea Wahyu Yulia Putri aku mahasiswa program studi Bahasa Indonesia semester tiga, yang kebetulan aku bergabung di UKM MAPASURI.

   Kali ini aku akan membagikan kisahku dan teman-teman mengikuti salah satu kegiatan di Mapala yaitu kegiatan susur goa. Pada tanggal 20 November 2020 aku dan teman teman berangkat menuju basecamp. Kali ini kami akan memasuki goa Sibodak dan goa Semar yang berlokasi di Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Setelah perjalanan 40 menit, kami sampai di basecamp dan langsung membereskan peralatan dan bersiap-siap untuk pelaksanaan besok pagi, setelah itu melanjutkan review materi dan kemudian kamipun beristirahat, karena cukup excited aku kesulitan tidur karena membayangkan bagaimana besok ketika aku masuk kedalam goa.

Proses saat menuruni goa sibodak

     Memasuki hari pelaksanaan tanggal 21 November aku bangun pukul lima pagi, setelah itu lanjut TC dan juga sarapan. Pagi itu aku sangat bersemangat kerena di hari pertama akan masuk ke goa sibodak terlebih dahulu. Sekitar jam 8 kami berangkat menuju lokasi dengan berjalan kaki dan sampai di lokasi pukul 08:15. Setelah sampai di lokasi rasa semangat dan excited tiba-tiba meredup, rasa itu berubah menjadi rasa gelisah gundah membuat jantung tak berirama. Ternyata kedalaman goa tersebut sekitar 25m dan itu vertikal. Setelah peralatan dipasang aku menunggu giliran untuk masuk kedalam goa, tanpa disadari setelah menunggu cukup lama tiba giliranku. Saat memakai set SRT aku belum merasa takut, tapi saat sudah berada di mulut goa rasa takut itu bertambah menjadi 100x lipat lebih besar, apa lagi saat akan melepas kuncian. Untuk mengatasi rasa takut, aku mencoba meyakinkan diri agar cepat segera turun dengan berbisik di dalam hati, " ayoo.. bisaa dibawah nanti bertemu jodoh". Akhirnya setelah beberapa menit aku sampai di dalam goa, selanjutnya aku dan teman-teman melanjutkan latihan pemetaan goa. Suasana di dalam goa gelap, berlumpur, banyak terdapat kelelawar, ada beberapa hewan, dan juga terdapat beberapa fosil. Disana juga terdapat banyak ornamen yang menakjubkan. 

    Setelah selesai pemetaan aku dan teman-teman bergegas untuk naik kembali karena keadaan hujan dan sudah sore. Saat tiba giliranku naik, aku bergegas untuk memasang alat dan naik ke atas, ketika sudah di tengah lintasan aku merasa cukup lelah dan memotivasi diri "ayo bisa.. cepat naik.. diatas ada jodoh dan ayam geprek..". Setelah berhenti beberapa menit aku lalu melanjutkan naik keatas. Saat akan memegang ujung tali aku kesulitan untuk naik dan memasang pengaman tapi dengan sekuat tega akhirnya berhasil dan bisa naik dengan selamat. Setelah semua naik aku dan teman-teman membersihkan alat dan bergegas menuju basecamp. Sampai di basecamp sekitar 18:10 keadaan disana hujan deras, ada yang membersihkan alat dan ada yang memasak untuk makan malam. Jam 19.30 malam dan dilanjutkan briefing, setelah itu aku dan teman-teman istirahat.

Moment saat akAn memasuki goa sibodak  
    

 Hari kedua pelaksanaan tanggal 22 November 2020 diakibatkan kelelahan dan udara yang cukup dingin aku bangun terlambat pukul 05.30, namun tidak hanya aku tapi hampir semua kesiangan termasuk korlap yang biasanya setiap pagi membangunkan peserta dengan suara merdunya hingga kami mampu terbangun dari indahnya mimpi. Seperti biasa di pagi hari diawali dengan TC  dan sarapan selanjutnya kita berdoa sebelum berangkat ke lokasi. Kali ini aku akan memasuki goa Semar yang terletak di Desa Tlogoguo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Aku dan teman-teman berangkat kesana menggunakan sepeda motor karena lokasi cukup jauh sekitar 15 menit dari basecamp. Setelah dilokasi kami langsung mempersiapkan peralatan dan siap-siap untuk masuk. Saat itu di hari pertama dan kedua aku menjadi pointer, aku yang berada di depan saat pemetaan berlangsung. Lokasi didalam goa semar berair, gelap, terdapat kelelawar dan hewan kecil lainnya. Sama seperti goa lainnya goa semar memiliki banyak ornamen yang menakjubkan dan indah. Saat pemetaan berlangsung terdapat chamber yang mengharuskan aku sebagai pointer masuk kedalam hingga ujung untuk memaksimalkan hasil pengukuran. Saat itu aku berfikir chamber itu tidak dalam, namun setelah dipasang peralatan agar aku aman aku masuk kedalam chamber dan tanpa disangka kedalaman air tersebut hampir sebahu. Ketakutan mulai muncul, hati mulai tak tenang, dan aku mulai membayangkan "bagaimana jika ada buaya di dalam air?, bagaimana jika ada ular masuk kedalam bajuku?, bagaimana jika ada kalajengking masuk sepatu bootku?", dan bayangan tentang hewan hewan menakutkan lainnya. ditambah teman teman yang bertugas sebagai shooter sempat mengalami kendala karena leser meter eror  sehingga membuatku semakin lama berdiam didalam chamber. Setelah pemetaan selesai kami keluar dan bergeges menuju basecamp sekitar pukul 14.30. Sampai di basecamp kami membersihkan alat dan selanjutnya kembali ke kampus. 

    Demikian sedikit cerita pengalamanku saat masuk kedalam goa vertikal dan goa horizontal. Semoga dilain waktu dapat berkesempatan mengunjungi dan memasuki goa-goa lainnya. Sekian dan terimakasih telah membaca





Monday, 26 October 2020

KONSERVASI MANGROVE MAPALA SURYA RIMBA

    Kegiatan konservasi mangrove merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga kelestarian alam dan  juga kelestarian lingkungan. pohon mangrove yang ditanam di bibir pantai memiliki banyak manfaat, mulai dari sebagai habitat ikan dan beberapa hewan kecil sampai sebagai mitigasi untuk mencegah bencana tsunami, mencegah abrasi ataupun luapan banjir rob yang sewaktu-waktu bisa terjadi kapanpun, hal ini yang mendasari Mahasiswa Pecinta Alam Surya Rimba Universitas Muhammadiyah Purworejo untuk menjadikan kegaiatan konservasi mangrove sebagai salah satu agenda rutin kita.

gambar : proses penanaman bibit pohon mangrove

    Konservasi mangrove dilakukan diwilayah kawasan konservasi yang dimiliki oleh Mapala Surya Rimba  (MAPASURI) yang beraada di pantai keburuan tepatnya di ngombol, kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pada Kawasan konservasi tersebut kami memiliki beberapa blok sebagai titik penanaman dan konservasi mangrove yaitu blok A, blok B dan blok C, blok D, blok E

    Perawatan pohon mangrove yang dilakukan oleh anggota Mapasuri dalam satu bulan biasanya dilakukan sebanyak satu sampai dua kali, hal ini dikarenakan pohon mangrove tidak terlalu memerlukan perawatan khusus seperti halnya pohon pohon lain yang memerlukan pemupukan atau perlakuan perawatan khusus lainnya. perawatan cukup dilakukan pembersihan dari sampah yang menyangkut diakar batang mangrove dan pembersihan sampah yang ada di sekitar mangrove yang terbawa oleh air laut.

    Seluruh anggota Mapala Surya Rimba terlibat langsung didalam kegiatan konservasi ini, mulai dari mencari bibit mangrove, menanam bibit mangrove, sampai perawatan dan juga peninjauan yang diagendakan dan dilakukan secara rutin. Kegiatan konservasi ini sebenarnya telah dimulai sejak bebrapa tahun lalu, tatapi pada pelaksanaannya kami beberapa kali sempat mengalami kendala, salah satunya kendala yang pernah kami alami adalah  saat setelah  bibit mangrove yang kami tanam terendam akibat air laut yang pasang, hal itu mengakibatkan bibit mangsrove tidak bisa tumbuh dan akhirnya mati.

gambar : proses penanaman bibit pohon mangrove

 

 

    Sampai saat ini kepedulian masyarakat terhadap konservasi mangrove masih sangat minim, dalam kegiatan perawatan rutinannya pun tidak banyak orang yang terlibat dalam perawatan maupun penanaman mangrove, hal ini dibenarkan oleh penuturan salah satu Anggota Mapala Surya Rimba sekaligus relawan konservasi mangrove Adamas Hamid Amrulah (20) “kepedulian warga sekitar ataupun masyarakat umum terhadap konservasi mangrove memang masih sangat minim, padahal keberadaan konservasi mangrove ini akan berdampak langsung terhadap masyarakat pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan ancaman bencana laut yang bisa terjadi sewaktu waktu tanpa bisa kita prediksi, oleh karena itu tugas kita sebenarnya anggota Mapala dan juga sebagai aktivis lingkungan tugas kita bukan bukan hanya menenam mangrove secara langsng tetapi juga tanggung jawab kita sebagai mahasiswa pecinta alam adalah mengedukasi mesyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan melalui konservasi mangrove”.

    Pada peninjauan yang kami lakaukan Bersama beberapa anggota Mapasuri yaitu Anang Purwoko (28), Adamas Hamid Amrullah (20), Iksan Susanto (19), Mardhianto (19), di blok D pada hari Kamis (22/10), jumlah pohon mangrove yang mampu bertahan dan hidup tercatat lebih dari 90 bibit mangrove Janis bakau yang tingginya berkisar 60cm sampai 1m, dan 5 bibit mangrove jenis bogem berukuran kisaran 1,5-2m.

    Kedepannya kami berkomitmen untuk terus melakukan konservasi pohon mangrove dan akan berusaha memperluas wilayah konservasi dengan harapan semakin banyak masyarakat yang medapat manfaat positive dengan adanya konservasi mangrove ini, dan juga sebagai bentuk tanggung jawab kami dalam pelestarian lingkungan.

 

kontributor : Mardhianto_KLMNG