Saturday, 1 October 2022

Sosial Budaya Divisi Caving Dikjut XXIII

 Goa Sibodak dan Goa Ngobaran

          Goa Sibodak merupakan goa vertikal yang memiliki kedalaman 28 meter yang terletak di Dusun Katerban, Desa Donorejo, Kaligesing, Purworejo. Wilayah ini berbatasan dengan Desa Kaligono dan Hulusobo di sebelah barat, Desa Girimulyo dan Provinsi DIY di sebelah timur, Desa Tlogoguwo di sebelah utara, dan Desa Jatirejo serta Desa Somongari di sebelah selatan. Donorejo terbagi menjadi empat dusun, yaitu Katerban, Denansri, Jogowono, dan Rejosari. Asal usul nama Goa Sibodak yaitu jika dilihat dari atas Goa Sibodak tempak seperti tempat beras bodak, maka dari itu diberi nama Goa Sibodak.


                         


          Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat di desa ini selalau memaksimalkan penghasilan dari kebun, seperti memanen buah durian, kelapa, ada yang berternak kambing berdagang, dan ada yang menjadi buruh serabutan. Di wilayah keligesing ini terkenal sebagai wilayah yang kaya akan buah seperti durian dan manggis, jadi saat musim buah ini datang, maka penduduk desa pasti berjualan durian ke pasar. Karena rata-rata warga desa ini bersekolah hanya sampai jenjang SLTA/sederajat, bahkan hanya sampai jenjang smp hak ini disebabkan karena keterbatasan ekonomi. Untuk pemuda di dusun ini rata-rata pergi merantau ke luar kota, jadi di desa ini kurang aktif dalam bidang kemasyarakatan. Desa Donorejo ini meiliki fasilitas kesehatan seperti Puskesmas Pembantu Kesehatan, dan ada juga puskesmas tetapi berada di Kaligesing. Penduduk di desa ini rata-rata menganut Agama islam. Desa ini atau wilayah di kaligesing ini memiliki makanan khas yaitu gembel, gembel adalah makanan yang terbuat dari pati singkong yang dalamnya terbuat dari sambal tempe.


                       


          Dibalik keindahan gua dengan kedalaman kurang lebih 20 meter yang dimiliki Goa Ngobaran, Goa ini memiliki sejarah, sejarah tentang goa ini populer dan diketahui oleh para orang tua. Jadi pada zaman dahulu ada seseorang yang bernama Kyai Hajar, beliau adalah seorang kyai yang hidup sendiri di tengah hutan kaligesing sampai tua. Tidak seperti orang tua pada umumnya, yang meningal diumur kurang dari 100 tahun. Saat ia berumur 116 tahun ia belum dipanggil juga oleh yang maha kuasa. Kemudian pada saat musim kemarau ia mengumpulkan dan mencari kayu di tengah huan itu kemudian setelah banyak kemudian ia bakar kayu tersebut. Setelah api besar ia memutuskan untuk bunuh diri, dengan cara masuk ke dalam perapian. Karena saat bunuh diri ini berada di atas gunung di antara perbukitan goa ini, maka dari itu goa ini diberi nama Goa Ngobaran. Awal mula gua ini terkenal setelah Goa Seplawan ditemukan olah Dr. Cow dan seorang dari China sama salah seorang ahli geografi dari bandung, Budi Hartono pada tahun 1980.

                                 

          Di Desa Donorejo ini masih banyak kesenian seperti hadroh, kemudian ada arak-arakan, jaranan, ndolalak, dan wayang. Kesenian seperti ini masih di lestarikan didesa ini hal ini bertujuan agar kebudayan tidak hilang tertelan oleh zaman.

 

Goa Sikantong

          Goa Sikantong merupakan salah satu goa horizontal dan berair yang terdapat di Desa Tlogoguwo. Tepatnya di Dusun Sibentar, Kaligesing, Purworejo di daerah wisata taman batu, yang hampir dan menjadi perbatasan dengan wilayah Kulon Progo. Dusun Sibentar sebelah barat berbatasan dengan wilayah Sibentar, kemudian sisi sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Donorejo, dan sisi sebelah utara adalah Desa Purbowono. Warga di desa ini kira-kira sebanyak 1000 kk terdapat di desa ini.

                    

          Di desa ini masyarakatnya sangat bermacam-macam dalam memenuhi perekonomian mereka, rata-rata warga desa ini banyak yang jadi petani, peternak kambing, buruh. Di samping itu karena banyak orang yang mmelihara dan sekaligus berternak kambing jenis etawa, maka di desa ini pun juga membuat olahan susu, seperti susu murni, atau dijadikan susu rasa, pilihan lain biasanya dibeli oleh tengkulak yang datang. Rata-rata pendidikan yang dimilki olah masyarakat di desa ini hanya sampai SLTA/sederajat dan ada juga yang berhenti di jenjang smp. Fasilitas kesehatan desa ini berada di Pandan Rejo, kira-kira berjarak 3-4 km, sedangkan sistem kepercayan didesa ini masih sama dengan desa yang sebelumnya, kebanyakan memeluk Agama Islam dan yang paling dicari-cari pengunjung ketika datang ke sini adalah mencari makanan, desa ini memiliki makanan khas yaitu gembel dan geblek sengek makanan yang menjadi incaran siapapun yang berkunjung ke wilayah kaligesing ini. Dan desa ini juga ada keseian tradisional wayang, hadroh, dan ndolalak.

                           

          Di wilayah kaligesing ini banyak sekali tebing batu bahkan gua yang ditemukan awal pertama kali adalah Goa Seplawan dan banyaknya mahasiswa yang ke daerah sini untuk mengeksplor. Salah satu gua di desa ini adalah Goa Sikantong, goa horizontal yang berair dengan kedalaman kurang lebih 53 meter. Goa ini memiliki sejarah yang ada kaitanya dengan pewayangan di indonesia. Goa ini adalah tempat wisata jadi sebelum masuk ke Goa Sikantong, harus membayar tiket sebesar Rp 5.000. Harga yang murah untuk menyaksikan keindahan alam di sana. Goa Sikantong biasanya dibuka pada pukul 08.00 WIB dan ditutup pukul 18.00 WIB. Goa ini memiliki peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang yang datang berkunjung ke sini, yaitu tidak boleh berkata kotor jika sedang eksplore di goa ini, tutur kata mas Ajik. Yang masih menjadi masalah atau pikiran orang di desa ini adalah karena wilayah mereka banyak tempat wisata ini dan mereka bingung bagimana cara memperkenalkan tempat ini ke masyarakat luas. Masyarakat di Tlogoguwo sendiri masih sangat erat dengan perayaan hari besar Islam seperti, muludan, suranan, untuk kesenian yang masih ada ndolalak, kuda lumping dan hadroh.

Sumber : Mbah Cokro, Mama Sri, dan Mas Ajik


Sosial Budaya Divisi Rock Climbing Dikjut XXIII

                Pantai Siung berada di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta. Dari pusat Kota Yogyakarta, perlu menempuh jarak sekitar 77 km atau sekitar 3-4 jam perjalanan. Karena lokasinya cukup terpencil. Di Desa Purwodadi ini di bagi ada beberapa dusun seperti dusun Wuluh, Cepogo, Winangun, Duwet, Ngandong, Danggolo, Kotekan, Pringsanggar, Cakbohol. Sebagian besar wilayah di sini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang gersang dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau, namun memiliki sejarah yang unik, disamping potensi wisata, budaya dan kulinernya. Bagian paling timur wilayah ini berbatasan langsung dengan tempat wisata Pantai Muncar, Bukit Pengilon, Kecamatan Tepus, di sebalah barat berbatasan dengan Pantai Nglambor, sisi sebelah selatan daerah ini berbatasan langsung demangan Samudra Hindia, dan sisi sebelah utara pantai ini berbatasan dengan daerah Ngandong Purwodadi.


                            



             Mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup warga disini rata-rata menjadi petani, petani disini menanam padi, jagung, dan singkong. Tetapi bukan hanya itu dikarenakan potensi desa ini sangat besar untuk menjadi daerah pariwisata jadi tidak dipungkiri mereka ada yang berprofesi menjadi tukang foto, pedaganag, dan ada yang menjadi nelayan. Kebutuhan pokok mereka terpenuhi dengan adanya pedagang sayur keliling setiap pagi hari dan Pasar terdekat daerah sini yaitu Pasar Jepitu, Girisubo kurang lebih 5 km dari Pantai Siung. Pantai siung ini memiliki bayak manfaat atau berdampak besar bagi masyarakat di sekitar Pantai Siung ini. Dimana sejak tahun 2009 Pantai Siung ini dibuka masyarakat bisa berjualan untuk memperoleh penghasilan tambahan uang, bahkan diwilayah Pantai Siung ini bukan hanya pantai yang menjadi tempat pariwisata, tetapi disini juga terdapat tempat eduwisata, tebing panjat, dan goa. Hal ini menjadi menjadi peluang ekonomis karena di daerah Pantai Siung memiliki makanan khas daerah yaitu gaplek, tiwul, walang goreng, dan kepompong yang di dalam daun jati jika musimnya. Para pedagang disini juga menyediakan makanan instan sekaligus memperkenalkan makanan khas dan wilayah mereka ini. Warga di daerah Pantai Siung ini memiliki banyak kendala ekonomi seperti profesi petani di sini mereka memiliki masalah dengan hama monyet yang selalu memakan hasil panen mereka. Juga permasalahan air yang jarang sekali dimusim kemarau, yang mengakibatkan tanaman mereka mati kekeringan, dan juga ada hama seperti wereng, selain itu jika ombak pasang para nelayan tidak bisa menangkap ikan di laut.


                                           

              Masyarakat daerah sini rata-rata untuk pendidikan sendiri sudah sampai tingkat SLTA/sederajat bahkan banyak yang melanjutkan pendidikan di ilmu pelayaran. Sekolah yang paling dekat untuk di jangkau yaitu TK IT Ibnu ‘Abbas Girisubo, SD Negeri Belik, SMP Muhammadiyah 2 Purwodadi, SMP Negeri 2 Girisubo, dan SMK Negeri 1 Girisubo. Agama Islam adalah sistem kepercayaan masyarakat sini. Di samping itu di Pantai Siung ini sarana dan prasarana kesehatan semenjak adanya Covid-19 jarang sekali posyandu, tetapi dari dinas kesehatan yang mengelilingi kampung. Masyarakat Dusun Tepus ini jika ingin berobat harus ke Puskesmas Tepus II, Purwodadi karena disana ada polindes terdekat, jarak dari sini sekitar kurang lebih 12 km.




                                          

              Dibalik keindahan Pantai Siung memiliki cerita yang menarik. Pantai ini memiliki batu besar dibagian pantai sebelah kanan. Jika diamati batu ini berbentuk seperti siung atau gigi, maka dari itu pantai ini diberi nama pantai siung pada zaman dahulu konon katanya pantai siung ini dibuat topo (semedi) oleh Pak Soekarno pada zaman penjajahan. Masyarakat disini juga ada sebagian yang tahu sejarah tentang Pak Soekarno ini. Beliau sebelum meninggalkan pertapaannya di pantai ini, dia meningalkan harta kekayaanya, harta ini dikubur di sebelah bagian paling barat/bagian bawah tebing. Konon katanya harta ini memang ada tetapi hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya. Di tengah-tengah pantai juga terdapat dua batu yang saling berdekatan. Batu ini oleh masyarakat sekitar dengan nama batu manten, batu ini memiliki sejarah sendiri, yaitu pada suatu saat ada seorang pengantin baru yang berkunjung ke pantai siung ini dan mereka bermain di pantai (berenang), tetapi setelah itu mereka tidak kembali lagi ke daratan, kemudian munculah batu tersebut, maka dari itu batu tersebut terkenal dengan sebutan batu manten oleh mayarakat.


                                     

             Dusun Duwet, Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul, daerah yang masih kental dengan budaya jawa. Jika berkunjung ke sini dan beruntung akan melihat pertunjukan atau bisa disebut acara desa yaitu tayuban, acara ini dilkukan selama satu tahun sekali, acara ini berlangsung selama dua hari nonstop. Serangkaian acara yang dilakukan yaitu seperti wayangan, kethoprak, arak-arak. Kemudian di sini masih ada kegiatan larungan, tetapi tidak semua warga di sini hanya beberapa orang saja. Semua kegiatan ini menurut mereka adalah penggambaran rasa syukur mereka kepada alam dan Allah swt. Di dusun tepus ini juga masih banyak kesenian seperti lengger, wayang, campursari, dan dagelan

       Narasumber : Bapak Pagianto, Ibu Sukarmi, dan Bapak Supoyo

SOSIAL BUDAYA GUNUNG SUMBING VIA BUTUH KALIANGKRIK DIKJUT XXIII

 Dusun Butuh adalah sebuah dusun yang terletak di wilayah Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Wilayah ini berjarak sekitar 34 km dari Kota Mungkid, ibu kota Kabupaten Magelang. Dusun ini berada di lereng Gunung Sumbing sehingga berhawa sejuk. Terkenal sebagai sentra sayuran, kecamatan ini memiliki pasar tradisional terbesar kedua di Kabupaten magelang. Di Dusun Butuh ini juga terkenal tempat wisatanya, yang seakan-akan seperti di luar negeri saja di Nepal, oleh karena itu biasanya orang-orang menyebut wilayah ini dengan sebutan Nepal Van Java, ada juga open trip silancur, dan juga terasering sukomakmur. Di sisi sebelah timur wilayah ini berbatasan dengan Desa Adipura, Kaliangkrik, batas wilayah sebelah barat adalah dengan Desa Gendol, Sukomakmur, wilayah sebelah selatan Dusun Butuh ini berbatasan dengan Desa Sidowangi, Kajoran dan disisi sebalah utara adalah Gunung Sumbing. Jumlah pebduduk di desa ini adalah ada kurang lebih 425 kk.


Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa wilayah ini menjadi sentra sayur, jadi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sini rata-rata adalah dengan menjadi petani. Hasil dari petani seperti daun bawang, brokoli, kentang, kobis, dan sawi. Masa panen sayur biasanya tiga bulan sekali sedangkan untuk kentang sampai seratus hari itupun melihat kondisi cuaca. Pemasaran sayuran ini biasanya di Kabupaten Magelang sendiri, Yogyakarta, bahkan ke Jawa Timur. Masalah perekonomian yang dihadapi di desa ini biasanya harga sayuran yang tidak stabil, jika harga pasar untuk sayuran rendah maka dari pihak petani mengalami rugi. Tetapi tidak menutup kemungkinan pada akhir tahun 2019 wilayah ini menjadi ramai para wisatawan karena tempatnya yang indah sekaligus dibukanya Wisata Nepal Van Java, Nepl Van Java ini asal usulnya pendatang dari fotografer lalu mengupload hasil fotonya ke media sosial setelah itu orang ramai datang kesini. Saat itu penghasilan masyarakat jadi bermacam-macam, ada yang menjadi ojek gunung, pedagang, dan porter. Sedangkan untuk hasil buminya sendiri alhamdulilah sudah cukup dan lebih untuk memenuhi kebutuhan rumah jadi mereka menjual ke pasar terdekat, yaitu di Pasar Gatukan atau jika panenanya banyak dan melimpah biasanya mereka mendatangkan pengepul ke rumah untuk membawanya.


                                        

Rata-rata pendidikan masyarakat butuh ini adalah masih ada yang sampai jenjang SLTP/sederajat saja lalu mereka berlari ke pondok, karena pondok di daerah sini juga banyak dan terkenal. Ada juga yang melanjutkan pendidikanya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Di dusun ini juga terdapat SD Negeri 1 Butuh dan TK PGRI Mardisiwi. Untuk puskesmas Dusun Butuh berada di Kaliangkrik, jaraknya lumayan jauh dari Dusun Butuh ini. Untuk kepercayaan warga Dusun Butuh rata-rata bahkan hampir semua memeluk Agama Islam. Di Dusun Butuh ini terdapat sejumlah kesenian desa, yaitu topeng ireng, jatilan, brondut dan hadroh. Di dusun ini juga sering mementaskan pentas seni yang diadakan setiap setengah bulan sekali di hari minggu. Dan ada juga acara slametan desa, “merti dusun” dan ada juga tayuban yaitu serangkaian acara satu hari tanpa berhenti. Kegiatan ini biasanya di laksanakan pada bulan sapar, selain itu ada salapanan setiap hari sabtu yang dilaksanakan di Masjid Baituttaqwa Butuh, pengajian tahunan yang dilaksanakan di Taman Depok di bulan Ruwah, semua ini mengambarkan arti terima kasih, bahwa selama ini atau tahun ini sudah diberi rezeki yang melimpah, diberi keselamatan, dan semoga tahun depan bisa lebih lagi. Dusun Butuh ini juga memiliki makanan khas yaitu nasi jagung dan dodol bahan dasar dari wortel, tetapi itu pada jaman dahulu kalau sekarang sudah agak jarang.


                             

Untuk sejarah tentang Dusun Butuh ini atau Gunung Sumbing jarang orang yang tahu, bahkan kami pada saat sosbud pun tidak menemukan narasumber yang tahu tentang ini. Tetapi ada sedikit cerita unik dari Gunung Sumbing ini, Gunung Sumbing ini memiliki puncak salah satunya yang bernama Puncak Sejati, puncak ini pertama kali ditemukan atau orang yang pertama sampai puncak ini adalah warga butuh pada tahun 2001. Gunung Sumbing ini dulu pernah meletus dan membentuk cekungan diantara puncaknya. Diperkirakan bagian dari letusan gunung ini sampai ke utara tepatnya di daerah Nglamuk, Kalikajar, Wonosobo. Ada hal yang sedikit berbeda dari Gunung Sumbing ini daripada gunung-gunung yang lainnya. Yaitu di dalam kawah puncak Gunung Sumbing terdapat sebuah makam yang sering dijadikan tempat ziarah. Konon katanya makam tersebut adalah makam Kyai Mangkukuan. Tetapi ada narasumber lain yang mengatakan bahwa makam Kyai Mangkukuan juga terdapat di taman depok. Untuk itu kita sebagai pengunjung hanya bisa menghormati semua adat disini, seperti tidak boleh memakai pakaian yang berwarna hijau, berkata kasar, datang dengan maksud yang buruk, itu semua dilarang

Sumber : Bapak Mufid , Bapak Setiono, dan Ibu Nur